Peri CintaQ

Peri CintaQ

Cari Blog Ini

Minggu, 10 Juli 2011

geosentri vs heliosentris

TUGAS SEJARAH FISIKA YESINTA

GEOSENTRIS (menganggap bahwa pusat tata surya adalah bumi)

Paham geosentris ini dikemukakan ilmuwan Yunani Kuno yaitu Aristoteles yang percaya bahwa Matahari, Bulan dan planet-planet mengitari Bumi pada permukaan serangkaian bola angkasa yang rumit. Ia mengetahui bahwa Bumi dan Bulan berbentuk bola dan bahwa bulan bersinar dengan memantulkan cahaya Matahari, tetapi ia tak percaya bahwa Bumi bergerak dalam Antariksa ataupun bergerak dalam porosnya.

Kemudian, Claudius Ptolemeus tahun 140 SM dalam karyanya Almagest, yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta berada dalam keadaan diam dan planet-planet bergerak mengitarinya termasuk matahari yang mengelilingi bumi berdasarkan pengamatan bahwa matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam di barat (seolah – olah mengelilingi bumi) yang disetujui banyak ilmuwan kuno lainnya dan Gereja. Mereka menganggap bahwa Bumi dan manusia sebagai pusat alam semesta karena Tuhan menempatkan manusia di Bumi dan sepantasnya Bumi sebagai pusat alam semesta. Mereka yang menganut paham geosentris percaya bahwa Bumi diam dan dikelilingi oleh Bulan, Merkurius, Venus, Matahari, Mars, Jupiter dan Saturnus.

HELIOSENTRIS (menganggap bahwa pusat tata surya adalah matahari)

Awal abad VII M sekitar tahun 1540, muncullah sebuah penafsiran yang langsung membantah teori geosentris Ptolemeus. Penafsiran itu berbunyi: “Kamu lihat gunung-gunung itu. Kamu sangka dia diam. Padahal, ia berjalan sebagaimana jalannya awan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan”. Mendengar pernyataan itu, banyak manusia yang berkerut keningnya. Mengapa tidak? Bagaimana mungkin gunung-gunung yang jelas berdiri kokoh itu dikatakan berjalan? Apalagi berjalan laksana awan!

sebenarnya pada masa Yunani kuno sudah ada ilmuwan yang menyangkal teori Geosentris yaitu Aristarchus (320–250 SM). Aristarchus percaya bahwa Matahari adalah pusat alam semesta. Ia orang pertama yang menghitung ukuran relatif Matahari, Bumi dan Bulan. Ia menemukan bahwa diameter bulan lebih dari 30% diameter Bumi (sangat dekat dengan nilai sebenarnya yaitu 0,27 kali diameter bumi). Ia juga memperkirakan bahwa Matahari memiliki diameter 7 kali diameter Bumi. Ini kira-kira 15 kali lebih kecil dari ukuran sebenarnya yang kita ketahui saat ini.

Namun demikian, sanggahan Aristarchus seperti angin lalu saja dan teori tersebut tetap bertahan hingga 17 abad lamanya. Hingga akhirnya Nicolaus Copernicus (1473–1543) menemukan adanya kejanggalan dalam perhitungan astronomisnya secara matematis. Kejanggalan yang muncul sebenarnya sederhana yaitu posisi bumi yang menjadi pusat alam semesta membuatnya pusing untuk merumuskan gerak retrogade benda langit, salah satunya adalah Venus. Maka pada tahun 1533 dia mengusulkan teori Heliosentris, yaitu matahari sebagai pusat dari sistem pergerakan benda-benda langit dalam bukunya De Revolutionibus Orbium Coelestium (Tentang Revolusi Bulatan Benda-benda Langit). Teori ini menjelaskan bahwa semua benda-benda langit bergerak mengelilingi matahari dalam lintasan-lintasan yang berupa lingkaran dengan matahari sebagai pusatnya.

Seperti para pendahulunya, Copernicus membuat perhitungan yang serampangan mengenai skala peredaran planet mengelilingi matahari. Juga, dia membuat kekeliruan besar karena dia yakin betul bahwa orbit mengandung lingkaran-lingkaran. Jadi, bukan saja teori ini membingungkan secara matematik, tapi juga tidak benar secara ilmiah. Meski begitu, bukunya lekas mendapat perhatian besar. Para astronom lain pun tergugah, terutama astronom berkebangsaan Denmark, Tycho Brahe, yang melakukan pengamatan lebih teliti dan tepat terhadap gerakan-gerakan planet. Dari data-data hasil pengamatan inilah yang membuat Johannes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak planet yang tepat.

Akhirnya Galileo pun juga mampu mendapatkan bukti-bukti atas pernyataan Copernicus dan menampilkan konsep-konsep baru sebagai konsekuensi atas revolusi yang diperjuangkan oleh Copernicus. Bukti dan konsep-konsep yang diajukan olehnya terkait dengan gerak benda kemudian dijadikan sebagai salah satu dasar pembangun mekanika klasik.

Pengamatan cermat yang dilakukan Galileo Galilei pada 1609 pun makin memperkuat konsep heliosentrik itu. Begitu juga, observasi observasi lain yang dia lakukan bertahun-tahun dengan giat kemudian melalui konsep-konsep baru melalui tokoh-tokoh seperi Keppler dan Newton. Hingga tidaklah heran bila teori heliosentrik Copernicus dikatakan revolusioner.

1 komentar:

  1. 1XBet
    Betting in India. It can be great to find the most 1xbet korean popular brands, especially ones that offer betting wooricasinos.info on sports casinosites.one such as worrione.com football, tennis,  Rating: 1/10 · ‎Review by Riku VihreasaariWhere can I find 1xbet?Where can I find 출장안마 1xbet betting?

    BalasHapus